Silabus Matakuliah
Ulumul Hadis
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Padangsidimpuan
A. IDENTITAS
1. Matakuliah : Ulumul Hadis/Pengantar hadis
2. Program Studi : Perbankan Syariah dan Tadris Matematika
3. Semester : I (satu)
4. Kode/ Bobot : / 2 SKS
5. Elemen Kompetensi :
6. Dosen Pengampu : Fauzi Rizal, M.A.
7. Alamat : Jl. Dwikora II Ujung Pal. IV Pijorkoling.
B. STANDAR KOMPETENSI
Mahasiswa mengetahui dan memahami dengan baik arti penting Ilmu Hadis sebagai Suatu pengetahuan untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan Hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam.
C. KOMPETENSI DASAR
1. Mahasiswa dapat mengetahui sejarah perkembangan Hadis dan Ulumul Hadis, Pembagian Hadis, Takhrij al-Hadis, para
Mukharrij dan kitab-kitab yang Muktabar, serta Inkarussunnah
2. Mahasiswa mampu membedakan hadis sahih dan hadis daif
3. Mahasiswa mampu mengembangkan Takhrij al-Hadis (penelusuran dan Penelitan terhadap Hadis)
D. URGENSI MATAKULIAH
Sarjana Dakwah diharapkan mampu menyelesaikan persoalan-persoalan dasar sumber ajaran Islam yang muncul di masyarakat. Menyangkut dunia kerja dimana sarjana dakwah, -khususnya dengan latar belakang program studi PAI/TMM-, diproyeksikan menjadi tenaga-tenaga pengajar ditengah-tengah masyarakat.
E. DESKRIPSI MATAKULIAH
Ulumul Hadis/ilmu hadis/Pengantar Hadis menjadi landasan penting dalam menentukan kualitas dari hadis-hadis yang dapat dijadikan sebagai landasan hukum dalam beribadah. Landasan ini menjiwai pengertian pengertian hadis, sejarah perkembangan Hadis dan Ulumul Hadis, serta Inkarussunnah dan hal-hal yang berhubungan dengannya. Terkait dengan pembagian hadis harus dipahami dengan jelas sehingga mampu memilah dan memilih mana hadis-hadis yang sahih yang dapat dijadikan sebagai dalil dalam beribadah dengan hadis daif. Berikutnya tentang Takhrij al-Hadis (penelusuran dan Penelitan terhadap Hadis) menjadi factor yang menentukan dalam menentukan apakah sebuah hadis dikategorikan hasih atau tidak baik ditinjau dari segi sanad maupun dari segi matan, dan selanjutnya para Mukharrij, apa langkah-langkah yang dilakukan mereka dalam kitab-kitabnya yang Muktabar( diakui). Seluruh aspek diatas menjadi bekal penting bagi mahasiswa untuk mampu menyelesaikan persoalan-persoalan ajaran Islam ditengah-tengah masyarakat.
F. TOPIK BAHASAN
I. Overview matakuliah dan kontrak belajar
II. Pengertian Hadis: Hadis, Sunnah, Khabar dan Asar dan Struktur Hadis
III.Hadis Sebagai Sumber Ajaran Agama: Dalil-dalil Kehujjahan Hadis dan Fungsi
Hadhis tyerhadap Alqur’an
IV. Sejarah Hadis Prakodifikasi: hadis pada periode Rasul, Sahabat dan Tabi’in
V. Sejarah Kodifikasi Hadis: Pembukuan Hadis abad II, III, IV, V H dan sampai
Sekarang
VI. Ulumul Hadis, Sejarah Perkembangannya: Pengertian, Sejarah perkembangan
Pemikiran Ulumul Hadis pada periode Klasik,Pertengahan dan Modern
VII.Pembagian Hadis: dari segi Kuantitas Sanad; Mutawatir, Masyhur dan Ahad
VIII.Ujian Mid Semester
IX. Pembagian Hadis: dari segi Kualitas sanad: Sahih, hasan dan Daif
X. Ilmu al-Jarh wa Ta’dil: Pengertian, Objek pembahasan dan Lafaz-lafaz serta
Maratib al-Jarh wan Ta’dil
XI. Hadis Muwdu’: Pengertian, Sejarah Kemunculan dan factor Melatar belakanginya,
Keriteria hadis Mawdu’
XII.Inkarussunnah’ Pengertian, sejarah, argument dan bantahan ulama dan
inkarussunnah di Indonesia
XIII.Orientalisme: pengertian, tokoh-tokoh dan Pemikirannya
XIV. Pengenalan Takhrij Hadis: Pengertian, pengenalan Kitab terkait dan terhadap
Mukharrij.
XV. Ujian Semester
G. STRATEGI PEMBELAJARAN
Pembelajaran aktif menjadi dengan berbagai variasinya akan digunakan sepanjang relevan dengan materi perkuliahan agar mahasiswa terlibat seaktif mungkin dan mencapai hasil yang maksimal. Individual learning tetap akan digunakan apabila diperlukan. Alternatif strategi pembelajaran yang digunakan antara lain: card sort, reading guide, information search, synergetic teaching, student created case study.
H. EVALUASI/ PENILAIAN
Penilaian akhir (final evaluation) matakuliah Ulumul hadis dibuat berdasarkan kontrak belajar sebagai berikut:
1.Kehadiran :15 %
2.Tugas (Individu atau kelompok) :20 %
3.Quis (kontribusi dalam kelas, keaktifan lisan atau tulisan):10 %
4.Ujian Mid Semester (lisan atau tulisan) :25 %
5.Ujian Akhir Semester :30 %
I. REFERENSI
Muhammad Ajjaj Al Khatib, U¡ul al-Hadis Ulumuha wa Mustalahuhu, Beirut: Dar al Fikr, 1981
--------, As-Sunnah Qabla Tadwin, Beirut: Dar al-Fikr, 1414 H/1993 M
T.M. Hasbi as Shiddiqiey, Pokok-pokok Dirayah Hadits, Jakarta Bulan Bintang, 1958
------------, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Jakarta: Bulan Bintang, 1988
Muhammad Jamal ad Din al-Qasimi, Qawaid Tahdis min Funun Mustalah al-Hadits, Beirut: Dar al-Kutubal Taimiyah, 1997)
Muhammad Mustafa Azami, Hadits Nabawi dan Sejarah Kodifikasi Hadits, terj. Ali Mustafa Yaqub, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994
Nur al Din al’itr, Manhaj an Naql fi Ulumul hadits, Damascus: Dar al Fikr, 1982
Subhi As Salih, Ulum al Hadits waMustalahuhu, Beirut:Dar al-Ilm Al Malayin, 1977
Mahmud al Thahhan, Taisir Musthalah al Hadits, Bairut: Dar al-Karim, 1399 H/1979M
-------,Usulut Takhrij wa Dirasatul Asanid, terj.Ridlwan Nasir, Metode Takhrij dan Penelitian sanad, Surabaya: PT.Bina Ilmu, 1995
M.Syuhudi Ismail, Hadits Nabi Menurut, Pembela, Pengingkar dan Pemalsunya, Jakarta: Gema Insani press, 1995
-------, Pengantar Ilmu Hadis, Bandung: Angkasa, 1987
-------, Metodologi Penelitian Hadits, Jakarta: Bulan Bintang, 1992
-------, Kaedah Keshahihan Sanad Hadits (telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah), Jakarta: Bulan Bintang, 1988
Jalal ad Din Abdul Rahman bin Abi Bakar as Suyuti, Tadribur Rawi, tp:Syirkah Maktabah Ahmad bin Sa'ad bin Nubhan wa Auladuhu, t.th)
Mahmud al Thahhan, Taisir Musthalah al Hadits, Bairut: Dar al Karim, ,1399 H/1979M
-------,Usulut Takhrij wa Dirasatul Asanid, terj.Ridlwan Nasir, Metode Takhrij dan Penelitian sanad, Surabaya: .Bina Ilmu, 1995
Ibnu as Shalih,Ulum al hadits, Madinah al Munawwarah: Maktabah al-Ilmiyah, 1972
J. KORTRAK KULIAH
Hasil kontrak kuliah yang dilakukan pada tanggal : Januari 2012
1. Masuk 08.00 WIB dan keterlambatan hanya ditolerir selama 15 Menit (08.15 WIB).
2. Ujian susulan dilayani sampai dengan pelaksanaan ujian akhir semester untuk mata kuliah bersangkutan;
3. Apabila diperlukan, urusan kuliah dapat diselesaikan di rumah dosen;
4. Izin tidak masuk kuliah harus dengan surat;
5. Masing-masing mahasiswa dan dosen dilarang mengaktifkan suara HP;
6. Hindari diskusi ilegal (dilarang ribut);
7. Tidak boleh memakai sandal.
Minggu, 19 Februari 2012
Selasa, 17 Januari 2012
Selasa, 13 September 2011
Kepada Putriku
YA BINTI WA YA IBNII (KEPADA PUTRIKU )
OLEH ALI
AT-THANTAWI
KEPADA
PUTRIKU
Wahai putriku….
Aku seorang bapak yang sedang berjalan memasuki usia lima puluh tahun. Usia
muda telah aku lewati, aku tinggalkan kenangan, impian, lamunan-lamunan dengan segala ujian-ujian dunia.
Dengarlah ucapan dari k ata-kataku.
Ucapan-ucapan yang haq, yang aku sampaikan secara jelas dan gamblang. Semua apa
yang telah aku sampaikan, adalah dari hidupku sendiri. Karenanya, mungkin
engkau belum pernah atau tidak pernah
atau malah tidak akan pernah mendengarnya dari
dari orang lain.
Wahai putriku …
banyak aku menulis, sering aku menyeru, mengajak kepada ummat untuk menegakkan
akhlak, menjunjung budi pekerti yang mulia, memberantas segala macam kerusakan
jiwa dan mengendalikan nafsu syahwat untuk melawan dan memberantas kebejatan
moral.
Semua itu terus aku sampaikan, terus aku tulis dan ku khutbahkan
… sampai-sampai pena yang aku pakai menjadi tumpul dan lidahku menjadi linu.
Namun, tetap tiada hasil yang aku peroleh. Kekmungkaran tetap berjalan dengan
tenangnya tanpa mampu kita berantas.
Di setiap pelosok negeri perbuatan mungkar kita jumpai, terus
semakin banyak dalam berbagai bentuknya; wanita semakin berani dan tanpa malu
membuka auratnya. Tubuhnya ditonjol-tonjolkan, pergaulan bebas muda mudi
bertambah mencolok, semua itu beralan melanda Negara demi Negara,
tanpa satu pun negara Islam mampu
mengelak.
Negara Suriah yang
terkenal dengan keserasial akhlak, yang sangat ketat menjaga kehormatan diri dengan menutup
auratnya, sekarang …… masya Allah! Para wanita berpakaian terbuka, mempertontonkan
lengan dan paha, punggung dan dada. Kita gagal, dan saya kira kita tidak akan
berhasil. Tahukah engkau apa penyebabnya?
Sebabnya ialah, karena
sampai hari ini kita beum menemukan pintu ke arah perbaikan dan kita tidak tahu
jalannya.
Wahai putriku,
pintu perbaikan ada dihadapanmu. Kunci pintu itu ada di tanganmu. Jika engkau
menyakininya dan engkau berusaha memasuki pintu itu, maka keadaan akan berubah
menjadi baik.
Engkau benar putriku,
bahwa kaum prialah yang pertama melangkah menempuh jalan dosa, bukan wanita,
tetapi ingat, bahwa tanpa kerelaanmu dan tanpa kelunakan sikapmu, mereka tidak
berkeras melangkah maju. Engkau membuka pintu kepadanya untuk masuk.
Engkau berkata kepada
pencuri: “ silakan masuk”….. dan setelah engkau kecurian barulah sadar. Barulah
kau teriak….. tolong…..tolong….. aku
kecurian”
Kalau engkau tahu bahwa
lelaki itu serigala dan engkau domba, pastilah engkau akan lari, seperti
larinya domba dalam ancaman cengkraman serigala.
Kalau engkau sadar, bahwa
semua laki-laki itu adalah pencuri, pasti engkau akan bersikap hati-hati dan
selalu menjaga diri seperti waspada seorang kikir menghadapi pencuri.
Kalau yang dikendaki serigala dari domba adalah dagingnya, maka
yang diinginkan laki-laki adalah lebih dari itu. Laki-laki menginginkan lebih
dari sekedar daging domba…. Dan bagimu lebih buruk dari kematian domba itu.
Laki-laki menghendaki yang
paling berharga darimu…. Yaitu harga diri dan kehormatanmu. Nasib seorang gadis
yang direngut kehormatannya lebih menyedihkan dari nasib seekor domba yang dimakan serigala.
Wahai putriku …….
Demi Allah, apa yang dikhayalkan oleh seorang pemuda ketika melihat gadis ialah
telanjang tanpa busana.
Saya bersumpah lagi: Demi
Allah, jangan percaya kepada omongan sebagian laki-laki, bahwa mereka memandangmu
karena akhlak dan adabnya. Berbicara denganmu seperti sahabat dan apabila
mencintainya hanyalah sebagai teman akrab, bohong…….. bohong…. Demi Allah ia
bohong.
Apabila engkau mendengar
sendiri pembicaraan antara mereka, engkau akan takut dan ngeri. Tidak akan ada
seoarang pria melontarkankan senyumnya kepadamu, berbicara dengan lembut dan
merayu, memberikan bantuan dan pelayanan kepadamu, kecuali akan ada
maksud-maksud tertentu. Setidak-tidaknya isyarat bagi dirinya bahwa itu adalah
langkah awal.
Apa sesudah itu wahai
putriku ?
Renungkanlah !
Kalian berdua,
bersama-sama berkencan, menikmati kelezatan
yang hanya sebentar kau rasakan,…….. sesudah itu, dia lupa dan pergi
meninggalkan kamu. Dan engkau ?..... sungguh akan merasakan pahitnya dari
pertemuan yang sebentar itu untuk
selama-lamanya.
Dia pergi dengan diam-diam
meninggalkanmu, mencari mangsa baru untuk dirayu dan diterkam lagi
kegadisannya. Sambil dia mencari dan menikmati mangsa baru, engkau pelan-pelan
merasakan sesuatu yang berat mengganjal diperutmu.
Engkau sedih dan muram,
engkau bingung dan gelisah
Laki-laki yang membesarkan
perutmu itu tidak dituntut atau dihukum oleh masyarakat, bahkan… diberi ampun
dan divonis bebas dengan alasan: dia yang dulu sesat, tetapi sekarang sudah
bertobat.
Tapi engkau……..?
Engkau akan terus kecewa
dan terus dihina sepanjang umurmu. Masyarkat tidak akan mengampuni dosamu.
Seandainya, ketika dia
mulai merayumu, engkau tolak dengan sikap yang tegas….. engkau alihkan
pandanganmu dari pandangannya.
Seandainya sikapmu itu
tidak mennghentikan upayanya dan malah bersikap lebih brutal dengan mengucapkan
kata-kata jorok dangan menggunakan
tangannya, cepat-cepat engkau lepas sepatu dari kakimu dan pukulkan ke
kepalanya……
Kalau engkau lakukan itu,
pasti semua orang yang ada di sekitar tempat itu akan serentak menolongmu.
Sesuadah itu……. Dia akan ngeri mengganggu wanita-wanita terhormat
di jalan.
Wahai putriku …….
Laki-laki yang baik dan
saleh akan datang kepadamu dengan segala kerendahan hati, emohonkasn maaf,
menawarkan kepadamu hubungan yang halal dan terhormat. Ia datang untuk meminang
dan mengawinimu.
Seoarang gadis betapa pun
tingginya kedudukannya, betapapun banyaknya hartanya, betapa hebat ketenaran
dan pengaruhnya,dia pasti punya cita-cita: “ mencapai kebahagiaan yang tinggi
yaitu bersuami, menjadi istri yang saleh, terhormat dan ibu Rumah tangga yang
baik.
Cita-cita yang seperti itu
pasti diharapkan oleh semua wanita, apakah dia ratu, keluarga raja, bintang
film Holywood sekalipun, atau wanita biasa.
Perkawinan adalah
cita-cita yang paling tinggi bagi
wanita. Jabatan wanita yang tinggi, apakah dia anggota parlemen atau menteri
atau bahkan presiden, tetap masih dibawah tingkat pernikahan.
Laki-laki, pada dasarnya adalah
mencari wanita terhormat bukan wanita jalang dan bejat. Seaidanya seorang laki-laki bertunangan dengan wanita baik-baik tapi sang wanita tiba-tiba
berubah akhlaknya, dia menyeleweng dan masuk kepada perangkap nista,
cepat-cepat silaki-laki itu pamit meninggalkannya, dia akan tegap melangkah
keuar.
Laki-laki yang baik (yang
bejat sekalipun), pasti tidak akan rela melihat anaknya keluar dari perut ibu
yang cela dan apalagi membesarkan dan memeliharanya.
Putriku, sepi dan lesunya
pasar pernikahan dan perkawinan, penyebabnya adalah karena kesalahnmu sendiri.
Jatuhnya pasaran dan nilai perkawinan dan makin ramainya bursa pelacuran adalah
juga karena perbuatanmu !
Lalu kenapa kalian yang
baik-baik tidak mencegahnya?
Kenapa para wanita mulia dan terhormat tidak memerangi musibah
dan wabah itu?
Kalian, para wanita tentu
akan lebih bisa dan mampu berbuat dari
pada kaum pria.
Kalian lebih mengerti dan paham berbicara dengan bahasa wanita,
menguraikan dan memberi peberangan.
Kalian, sebagai wanita
yang baik, terhormat, mulia, memiliki harga diri dan memegang teguh agama, pada
akhirnya akan menjadi mangsa dan korbannya.
Wahai putriku …
Dirikanlah wadah dalam
bentuk lembaga persatuan dari kalian sendiri yang anggotanya terdiri dari para
cendikiawati, guru dan mahasiswi. Wadah yang berusaha untuk mengembalikan
wanita-wanita sesat kepada jalan yang benar.
Ancam dan takut-takuti
mereka dengan firman Allah. Kalau tidak mau mendengar dan tak ada rasa takut
lagi, beri gambaran akan bahaya penyakit yang akan dideritanya.
Kalau juga tidak perduli,
beri penjelasan dari contoh-contoh kenyataan yang ada; katakan pada mereka
“kalian cantik, banyak pemuda
yang tertarik dan mengharapkan anda. Kecantikan anda seperti sekarang ini
apakah akan bertahan terus?
Bagaimana nasib anda nanti
setelah tua? Ketika muka sudah keriput dan punggung melengkung?
Siapa nanti yanga akan
mengurusi anda? Siapa yang ketika itu memperhatikan anda
Tahukan anda, siapa yang
akan menghormati dan memuliakan orang tua jompo? Hanya anak dan cucunya! Di
tengah-tengah mereka, orang tua sepertunya menjadi ratu di antar rakyat,
bermahkota, duduk di singgasana.
Bagaimana nasib anda nanti
jika terus begini? Bagaimana derita anda di kemudian hari? Anda lebih tahu dari
kami.
Coba anda renungkan:
apakah pantas disamakan lezatnya hubungan yang sebentar rasanya itu dengan
penderitaan-penderitaan anda?
Apakah pantas, harga
kegadisan anda dibayar begitu murah dan penderitaan anda setelah itu ditebus
dengan harga yang begitu mahal?
Kalau segala upaya
penyelamatan tidak membawa hasil, ya sudah anda perlu ganti sasaran. Lakukan
penelamatan kepada mereka yang belum
terkena. Cegah mereka dari serangan penyakit
menular itu.
Majalah, Koran dan tv
perusak akhlak terus beredar semakin luas. Para penganjur kebejatan moral
berjingkrak gembira karena sukses besar memenangkan pertandingan. Kini, kita
sampai pada garis yang sudah tidak diridoi lagi.
Kalau anda baca sejarah,
tidak akan anda temukan keadaan seperti ini. Bahkan kaum majusi pun tak
mengenal kebebasan yang demikian itu.
Binatang, yang tentu tidak
punya akal, tak sehebat manusia kini. Dua ayam jantan akan bersabung
mempertaruhkan nyawa berebut ayam betina demi menjaga kehormatannya. Tetapi manusia dengan dalih kebebasan
mengorbankan harga dirinya. Dijual obral tubuh dan kehormatannya.
Kita ambil contoh yang
dekat saja, tak usah jauh-jauh ke negeri Barat. Kita datang ke pantai dan
lihat, betapa wanita-wanita muslimah mempertontonkan tubuhnya hamper seluruh
tubuhnya tampak. Kecualli dua bagan yang tertutup. Dan malah lebih nekat
membuka bagian atasnya. Tontonan seperti
itu ada dimana-mana. Dinegara muslim atau Negara yang mayoritasnya muslim.
Di tempat pesta club
malam, para keluarga “modern” datang berdansa bergantian pasangan, saling tukar
istri untuk bergoyang dan berpelukan, berhimpitan dada, perut dan
menggenggamnya. Tidak ada rasa malu dan memberi harga pada dirinya.
Dikalangan Mahasiswa,
terdapat juga pergaulan bebas, sang putri membuka sebagian auratnya tanpa
pencegahan orang tua.
Contoh-contoh seperti yang
saya sebutkan baru sebagian saja. Banyak peristiwa-peristiwa yang bukan main
macam ragamnya yang tentu anda sendiri melihatnya. Semua itu tak mungki dirubah
hanya sekejab. Perlu cara khusus dan proses waktu untuk menghilangkannya
Yang dikategorikan sebagai
percampuran bebas: “seorang wanita menerima tamu di rumahnya, berjabat tangan
dengan lelaki yang bukan muhrimnya di tempat umum. Bersama-sama pergi dan
pulang kuliah, ngobrol secara bebas berkumpul dengan dalih belajar bersama.
Semua itu tergolong dalam percampuran bebas. Dan ini merupakan sumber
malapetaka kehancuran akhlak.
Cara bercampur seperti itu
dianggap biasa. Dia lupa bahwa Allah menciptakannya sebagai wanita dan yang
lainnya pria. Masing-masing punya kecendrungan dan daya tarik.
Tak ada makhluk di muka
bumi ini yang dapat merubah ciptaan Allah atau membuat sama keduanya ataupun
menghilangkan kecendrungan (hasrat) dari masing-masing.
Wanita-wanita menganjurkan
emansipasi dan pergaulan bebas, menuntut persamaan atas dasar kemajuan dan
tuntutan zaman adalah pembohong besar. Mereka sebenarnya hanya mencari kepuasan
nafsu saja. Mereka beranggapan, bahwa kaum pria punya kenikmatan lebih dari wanita.
Karenanya mereka inin berusaha merasakan kenikmatan itu. Secara terus terang
mereka tidak berani mengatakannya.
Mereka sembunyikan hasray itu dan yang ditonjolkan issu “tuntutan zaman”, “seni budaya”,
“kehidupan kampus”, “alam mahasiswa atau pelajar”. Mereka gembar-gemborkan
seperti suara bedug kosong.
Hak yang mereka tuntut
adalah batil. Meeka menempatkan Amerika dan Eropa sebagai kiblat dan pemimpin
kemajuan. Apapun yang datang dari sana baik dan benar.
Eropa menrgirim dansa,
diterima! Mengirim mode pakaian telanjang, ditiru! Percampuran bebas di kampus,
mempertontonkan paha dan dada dikolam renag dan tepi pantai dinilai wajar.
Sebaliknya, yang datang dari timur dinilai jelek dan batil, walaupun itu
pancaran suara masjid, bimbingan dan tuntunan agama, kehormatan dan harga
diri, kebersihan dan kemulian jiwa, hati
dan jasmani serta penutup aurat sebagai pelindung dan harga pribadi muslimah.
Kita sebagai orang timur menerima mentah-mentah apa yang
datang dari barat. Tetapi justru sebagian orang Barat menolak “produksi”nya
sendiri.
Masyrakat Eropa dan
Amerika, sebagiannya menolak percampuran bebas. Mereka menjaga betul pergaulan
anak-anaknya
Di Paris, banyak orang tua
melarang putrinya pergi bersama pemuda untuk misalnya ke bioskop.
Di Amerika, banyak orang
tua yang memillih sekolah khusus untuk putrid untuk anak-akannya. Mereka takut
menyekolahkan ti tempat yang bercampur
dengan pria. Mereka juga sebagian
mengawal jika putrid-putrinya
berpi berenag.
APAKAH PERCAMPURAN BEBAS
BIS MEMBENDUNG GEJOLAK NAFSU SYAHWAT.
Meraka menjawab: bisa !. Percampuran
bebas bisa mengurangi atau memendam api
nafsu membara, bisa mendidik berbuat sopan dan budi pekerti, bisa mengurangi
gejolak dorongan nafsu.
Jawabab itu aku kembalikan
kepada mereka yang telah mempraktekkannya. Kita tanyakan kepada anak-anak
sekolah.
Ruusia, Negara yang tidak
kenal agama, tidak pernah dengar nasehat ulama, pastur atau pendeta, kini
berubah haluan setelah melihat efek negative dari percampuran bebas.
Amerika, Negara yang
dijadikan kiblat kemajuan, dibuat pusing oleh banyak siswi-siswi hamil yang
jumlahnya terus meningkat.
Lalu, mana bukti yang
nyata jika percampuran bebas akan
seperti jawaban di atas/ dan siapa yang senang
melihat kesulitan seperti di Amerika itu terjadi di negeri kita?
Apa yang aku tulis ini
bukan ditujukan kepad pemuuda, para pemuda pasti menolak dan menganggap enteng
pendapatku ini. Sebab aku mengharamkan menurut mereka enak dan lezat.
Aku hanya berbicara kepada engkau wahai putrid-putriku yang suci,
mulia dan terhormat. Sebab engkaulah yang akan menerima akibatnya, engkau yang
bakal korban teman-teman iblis.
Jangan engkau menerima
omongan orang-orang yang berdalih “persamaan dan kebebasan”,” kemajuan dan
modernism”, “ kebudayaan dan kesenian”, “ kehidupan kampus”, “ alam pelajar dan
mahasiswa”.
Orang-orang seperti itu
kebanyakan tidak punya istri atau anak. Mereka hanya mencicipi kelezatanmu
sebentar lalu pergi.
Aku adalah ayah dari
beberapa putriku. Aku menulis ini adalah untuk membela kepentinganmu, berarti
aku juga membela kepantingan putriku sendiri. Aku menghendaki yang baik dari
anda, sebagaimana aku menghendaki yang baik pula dari anakku.
Mereka para pemuda kawan
iblis, tidak akan berpikir sedikit pun akan nasibmu yang hilang kehormatan dan harga diri. Mereka tidak akan menyesal
akan perbuatannya yang telah membawa
engkau kepada kehinaan dan nama baikmu yang telah cacat. Apabila itu terjadi pada dirimu, maka buktikan, tidak
seoraqng pun datang membentumu.
Mereka akan datang, jika
enfkau masih bnisa dinikmati. Tapi kalau menjadi sakit atau pudar kecantikanmu, mereka akan pergi
seperti perginya kerumunan anjing yang kehabisan bangkai daging.
Wahai putriku,
Itulah nasehatku yang hak
dan benar
Mudah-mudahan engkau akan
mendengar
Jangan engkau dengar omongan orang lain
Yang mengajak kepada lalai
Hanya di tanganmu wahai
putriku
Hanya di tanganmu saja
kunci pintu kebaikan
Kalau engkau mau
memperkaiki dirimu.
Maka seluruh ummat akan
menjadi baik.
Jilbab Gaul
Jilbab Gaul: Berpakaian Tapi Telanjang
Pernahkah kita berpikir
mengapa begitu banyak perempuan dan wanita muslim yang mengenakan ‘jilbab’,
namun berpakaian sangat ‘provokatif,’ misalnya menampakkan lekuk-lekuk
kemolekan tubuhnya? Fungsi jilbab yang semestinya diarahkan untuk menutupi
aurat, seperti dada dan pinggul, justru malah diabaikan.
Sejatinya, penutup kepala seperti itu
bukanlah jilbab dalam perspektif hijab yang disyariatkan Islam. Orang-orang
lebih menyebutnya dengan “kerudung gaul”. Atau diistilahkan Milasari Astuti
–dalam artikelnya di sebuah situs Islam— dengan istilah “jilbab cekek”, karena
memang benar-benar hanya sebatas nyekek leher. Maksudnya, seorang
perempuan muslim mengenakan kerudung yang menutupi kepala dan rambutnya, namun
berpakaian tipis, transparan, atau ketat sehingga menampakkan lekuk tubuhnya.
Semisal, kepala dibalut kerudung atau jilbab, namun berbaju atau kaos ketat,
bercelana jean atau legging yang full pressed body, dan
lain sebagainya.
Fenomena kerudung gaul atau jilbab cekek
adalah fenomena yang sangat membingungkan bagi setiap muslim atau muslimah yang
memahami ajaran Islam dengan benar. Ini mengingat, seorang perempuan atau
wanita muslim yang mengenakan kerudung gaul, dalam benaknya dia ingin menutup
aurat, namun juga ingin tampil pamer modis dan cantik.
Beberapa gelintir perempuan berkomentar,
“Lho, masih mending memakai kerudung atau jilbab gaul, daripada tidak
sama sekali?!” Yang lainnya menyatakan, “Ini kan masih belajar untuk menutup aurat.”
Ya, kerudung gaul selalu dianggap lebih baik daripada tidak menutup aurat sama
sekali. Atau juga dianggap sebagai sebuah proses belajar menutup aurat.
Pernyataan-pernyataan tersebut sekilas tampak benar, namun sejatinya sungguh
keliru. Karena seorang muslim diharuskan untuk menjalani setiap perintah
syariat secara total atau kaffah.
Alih-alih menggunakan kerudung gaul
untuk proses belajar menutup aurat, namun setelah itu terkadang lupa akan
aturan syariat yang sebenarnya. Walaupun kemudian mereka sadar akan aturan yang
sesungguhnya, namun kemudian sulit untuk berubah. Alih-alih dipandang sebagai
sebuah kebaikan daripada tidak menutup aurat sama sekali, mereka justru beriman
setengah-setengah.
….kerudung
gaul tak ubahnya melecehkan syariat Islam dan sebagai bentuk penyaluran selera
pribadinya semata. Mereka mengenakan simbol islami, tapi juga nggak mau
meninggalkan mode yang sedang booming ….
Bagi para muslimah yang memahami benar
ketentuan jilbab sesuai perintah teks Al-Qur‘an dan hadits, mengenakan kerudung
gaul tak ubahnya melecehkan syariat Islam dan sebagai bentuk penyaluran selera
pribadinya semata. “Maksudnya pengen mengenakan simbol islami, tapi juga
nggak mau meninggalkan mode yang sedang booming saat ini. Akibatnya,
dalam masalah kerudung aja mesti ada aturan main yang dibuatnya
sendiri,” tulis salah seorang akhwat dengan id facebook Hilya Jae-hee, ketika
mengomentari topik kerudung gaul.
Begitulah, bisa jadi, para wanita muslim
berkerudung gaul berniat hendak menutup aurat, namun memiliki paradigma bahwa
perempuan harus ‘mensyukuri’ keindahan tubuh yang telah Allah anugerahi, lalu
memamerkannya kepada orang lain. Paradigma ‘bersyukur’ ini semakin meluas di
negara-negara yang dikenal ketat menjaga tradisi keagamaan seperti di
Timur-Tengah (Timteng). Lihat saja, kini sudah banyak majalah di negara-negara
Timteng yang sampulnya memamerkan pose perempuan yang memperlihatkan perut dan
bagian-bagian tubuh lainnya. Di luar negara-negara Timteng lainnya, sudah lebih
parah dan berani lagi.
Bahkan lucunya, kini semacam ada
pandangan yang menyatakan bahwa perempuan yang memilih untuk berjilbab panjang
dan mengenakan gamis rapih, maka mereka akan kehilangan respek dari kaum
lelaki. Padahal, ditilik dari sudut pandang Islam, perempuan dewasa yang tidak
menutup aurat, justru merekalah yang akan kehilangan respek dari setiap muslim
dan muslimah, dan kehilangan respek dari Allah tentunya.
Maraknya fenomena penggunaan kerudung
gaul atau jilbab nyekek oleh para remaja putri dan wanita muslim, boleh jadi
disebabkan pengetahuan mereka yang minim mengenai hijab (jilbab). Sehingga
mereka hanya ikut-ikutan saja, sebab pemahaman keislamannya belum mumpuni. Atau
mereka termakan berbagai propaganda musuh-musuh Islam yang ingin menggiring
kaum muslimah keluar rumah dalam keadaan ‘telanjang’. Propaganda-propaganda
yang menyimpulkan bahwa jilbab adalah pakaian adat wanita Arab saja, sampai
kepada pelecehan dengan istilah pakaian tradisional. Hingga banyak dari
kalangan kaum muslimah termakan olehnya dan meninggalkan jilbab yang syar’i.
Padahal, jilbab yang dikehendaki syariat
bermakna milhâfah, berarti baju kurung atau semacam abaya yang longgar
dan tidak tipis, atau kain (kisaa‘) apa saja yang dapat menutupi, atau
pakaian (tsaub) yang dapat menutupi seluruh bagian tubuh. Di dalam kamus
Al-Muhith dinyatakan bahwa ilbab itu laksana sirdab (terowongan)
atau sinmar (lorong), yakni baju atau pakaian yang longgar bagi wanita
selain baju kurung atau kain apa saja yang dapat menutupi pakaian kesehariannya
seperti halnya baju kurung.
….jilbab
yang dikehendaki syariat bermakna milhâfah, berarti baju kurung atau
semacam abaya yang longgar dan tidak tipis yang dapat menutupi seluruh bagian
tubuh….
Dalam kamus Ash-Shahhah,
Al-Jauhari menyatakan, “Jilbab adalah kain panjang dan longgar (milhafah)
yang sering disebut mula’ah (baju kurung). Makna jilbab seperti inilah
yang diinginkan Allah ketika berfirman, “Hai Nabi, katakanlah kepada
istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya
mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzab: 59)
Para ulama pakar tafsir pun sepakat,
jilbab syar’i bermakna sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup
kepala, muka dan dada. Hal ini membuat seorang muslimah tampak elegan, santun,
bermartabat, dan tentunya berkepribadian islami.
Jika seorang wanita muslimah memakai
hijab (jilbab), secara tidak langsung dia berkata kepada semua kaum laki-laki,
“Tundukkanlah pandanganmu, aku bukan milikmu serta kamu juga bukan milikku,
tetapi aku hanya milik orang yang dihalalkan Allah bagiku. Aku orang yang
merdeka dan tidak terikat dengan siapa pun, dan aku tidak tertarik kepada siapa
pun, karena aku jauh lebih tinggi dan terhormat dibanding mereka yang sengaja
mengumbar auratnya supaya dinikmati oleh banyak orang.”
Sementara seorang wanita muslim yang
mengenakan kerudung gaul atau jilbab nyekek, ber-tabarruj atau pamer
aurat dan menampakkan keindahan tubuh di depan kaum laki-laki lain, akan
mengundang perhatian laki-laki hidung belang dan serigala berbulu domba. Secara
tidak langsung dia berkata, “Silahkan kalian menikmati keindahan tubuhku dan
kecantikan wajahku. Adakah orang yang mau mendekatiku? Adakah orang yang mau
memandangiku? Adakah orang yang mau memberi senyuman kepadaku? Atau manakah
orang yang berseloroh “Aduhai betapa cantiknya?”
….Wanita
yang mengenakan kerudung gaul itu pamer aurat dan keindahan tubuh di depan kaum
laki-laki lain. Mereka mengundang perhatian laki-laki hidung belang dan
serigala berbulu domba….
Setiap laki-laki pun sontak berebut
menikmati keindahan tubuhnya dan kecantikan wajahnya. Mata mereka akan
menelanjanginya dari atas hingga mata kaki. Sehingga membuat laki-laki
terfitnah, maka jadilah dia sasaran empuk laki-laki penggoda dan suka
mempermainkan wanita.
Inilah mengapa para pengguna kerudung
gaul diibaratkan berpakaian namun telanjang. Hal ini sebagaimana disinyalir
Rasulullah dalam sabda beliau, “Dua golongan dari ahli neraka yang tidak
pernah aku lihat: seorang yang membawa cemeti seperti ekor sapi yang dia
memukul orang-orang, dan perempuan yang berpakaian tetapi telanjang,
berlenggok-lenggok, kepalanya bagaikan punuk onta yang bergoyang. Mereka tidak
akan masuk surga dan tidak akan mendapatkan baunya, sekalipun ia bisa
didapatkan sejak perjalanan sekian dan sekian. (HR. Muslim)
Ketika ditanya mengenai sabda Nabi:
“Berpakaian tapi telanjang”, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin menjawab,
“Yakni wanita-wanita tersebut memakai pakaian, akan tetapi pakaian mereka tidak
tertutup rapat (menutup seluruh tubuhnya atau auratnya).”
Ibnu ‘Abdil Barr mengatakan, “Makna kasiyatun
‘ariyatun (berpakaian namun telanjang) adalah para wanita yang memakai pakaian
yang tipis yang menggambarkan bentuk tubuhnya, pakaian tersebut belum menutupi
(anggota tubuh yang wajib ditutupi dengan sempurna). Mereka memang berpakaian,
namun pada hakikatnya mereka telanjang.” (Lihat: Jilbab Al-Mar‘ah Muslimah,
125-126).
….Rasulullah
bersabda bahwa wanita berpakaian tapi telanjang (kasiyatun ‘ariyatun)
itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mendapatkan baunya….
Al-Munawi, dalam Faidh Al-Qadir,
mengatakan mengenai makna ‘berpakaian namun telanjang’, “Senyatanya memang
wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya dia telanjang. Karena wanita
tersebut mengenakan pakaian yang tipis sehingga dapat menampakkan kulitnya.
Makna lainnya adalah dia menampakkan perhiasannya, namun tidak mau mengenakan
pakaian takwa. Makna lainnya adalah dia mendapatkan nikmat, namun enggan untuk
bersyukur pada Allah. Makna lainnya lagi adalah dia berpakaian, namun kosong
dari amalan kebaikan. Makna lainnya lagi adalah dia menutup sebagian badannya,
namun dia membuka sebagian anggota tubuhnya (yang wajib ditutupi) untuk
menampakkan keindahan dirinya.”
Hal senada juga dikatakan oleh Ibnul
Jauzi yang berpendapat bahwa makna kasiyatun ‘ariyatun ada tiga makna. Pertama,
wanita yang memakai pakaian tipis, sehingga nampak bagian dalam tubuhnya.
Wanita seperti ini memang memakai jilbab, namun sebenarnya dia telanjang. Kedua,
wanita yang membuka sebagian anggota tubuhnya (yang wajib ditutup). Wanita ini
sebenarnya telanjang. Ketiga wanita yang mendapatkan nikmat Allah, namun
kosong dari syukur kepada-Nya.
Kesimpulannya, wanita berpakaian
telanjang adalah wanita yang memakai pakaian tipis, sehingga nampak bagian
dalam tubuhnya, atau memakai pakaian ketat, sehingga terlihat lekuk tubuhnya,
dan wanita yang membuka sebagian aurat yang wajib dia tutup.
PAKAIAN ISLAMI BAGI WANITA (TIGA SYARAT
HIJAB)
Ada beberapa syarat yang harus dipahami
remaja putri dan wanita muslim ketika hendak mengenakan hijab atau jilbab
syar’i, sebagaimana dilansir situs Islam www.alsofwah.or.id.
PERTAMA, hendaknya
menutup seluruh tubuh dan tidak menampakkan anggota tubuh sedikit pun, selain
yang dikecualikan karena Allah berfirman, “Dan hendaklah mereka menutupkan
kain kerudung ke dada mereka dan janganlah menampakkan perhiasan mereka,
kecuali yang biasa nampak.” (An-Nur: 31)
KEDUA, hendaknya hijab tidak menarik
perhatian pandangan laki-laki bukan mahram. Agar hijab tidak memancing
pandangan kaum laki-laki, maka harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Hendaknya hijab terbuat dari
kain yang tebal, tidak menampakkan warna kulit tubuh (transfaran).
2. Hendaknya hijab tersebut longgar dan
tidak menampakkan bentuk anggota tubuh.
3. Hendaknya hijab tersebut tidak
berwarna-warni dan tidak bermotif.
Hijab bukan merupakan pakaian kebanggaan
dan kesombongan, karena Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang mengenakan
pakaian kesombongan (kebanggaan) di dunia maka Allah akan mengenakan pakaian
kehinaan nanti pada Hari Kiamat kemudian dibakar dengan Neraka.” (HR. Abu
Dawud dan Ibnu Majah, dan hadits ini hasan).
Hendaknya hijab tersebut tidak diberi
parfum atau wewangian berdasarkan hadits dari Abu Musa Al-Asy’ari, dia berkata
bahwa Rasulullah bersabda, “Siapa pun wanita yang mengenakan wewangian, lalu
melewati segolongan orang agar mereka mencium baunya, maka dia adalah wanita
pezina.” (HR. Abu Dawud, An-Nasa‘i dan At-Tirmidzi, dan hadits ini Hasan).
….Hendaknya
pakaian atau hijab yang dikenakan tidak menyerupai pakaian laki-laki atau
pakaian kaum wanita kafir….
KETIGA, hendaknya
pakaian atau hijab yang dikenakan tidak menyerupai pakaian laki-laki atau
pakaian kaum wanita kafir, karena Rasulullah bersabda, sebagaimana diriwayatkan
Abu Dawud dan Ahmad, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia
termasuk bagian dari mereka.”
Rasulullah juga mengutuk seorang
laki-laki yang mengenakan pakaian wanita dan mengutuk seorang wanita yang
mengenakan pakaian laki-laki. Wallahu ‘Alam. [ganna
pryadha/voa-islam.com]
Langganan:
Postingan (Atom)